Ini ku tulis buat seorang Sahabat
Yang lagi menyelesaikan study S2
Di- UGM Jogja.
Indonesia.
Sahabat …
Mohon maaf kalau aku sering kali menghubungi, untuk sekedar bertanya kabar atau memberi salam, aku tipe orang yang tak mudah melupakan orang yang ku kenal, yang mana sebagian besar kukenal adalah kaum adam, kuharap sikapku ini tidak menjadi dasar untuk mengukur kepribadianku yang terkesan suka-suka, urakan dan seenaknya.
Sahabat...
Bertemu, berkenalan, berteman, berkawan dan bersahabat adalah hal biasa ku lakukan dalam batas kewajaran dan aturan yang kita pegang teguh dengan mengedepankan,ahlak juga moral. Dengan perjalan waktu, kawan dekat dan para sahabat akan tahu kebiasaan dan kepribadian yang aku punya. Kemudian suka dengan kepribadianku lalu dekat, bukan hal yang aneh ku rasakan. Tapi apakah kemudian aku terlena dan lupa siapa diriku. Insya Allah TIDAK kan membuatku mabuk.
Sahabat…
Alhamdullilah aku masih punya Alhak dan iman yang baik. Aku sadar aku tidak ingin punya masalah dengan siapapun selama aku diberi kesempatan untuk mewarnai hidup ini. Apapun orang katakan tentang nilai kepribadianku baik positif atau negatif, aku tak pernah punya niat meluruskan, membenarkan atau menyalahkan. Aku berusaha menata hati ku dengan baik dan tak tinggi hati. Biarlah waktu yang akan membuktikan semuanya.
Sahabat…
Tadi aku mesms seorang kawan, tanya kabar, ada apa ko udah berubah, yang tadinya bisa telpon sehari berkali-kali. Tiba-tiba aku sms nda di respon, aku bertanya kali aja sakit, aku perlu tahu ada apa dengan berubah sikap dengan sangat nyata. Aku kwatir akan sikapku yang membuat seorang kawan tersinggung, aku orang yang sangat perasa. Jangan sampai tak ku sadari aku sudah salah bicara yang membuat org terluka hatinya.
Sahabat…
Di luar dugaan, kali ini balasan smsnya benar-benar datang dari hati terdalamn bangat dan itulah yang benar (kurasa tak pantaskan kalau kusampaikan pada mu sahabat), sms itu yang ku tunggu selama ini. Dengan caraku menyikapi gaya dan tingkah seorang kawan, membuat tataan hatiku lebih baik dan lebih bijaksana menilai.
Sahabat…,
Aku berada di persimpangan jalan (emang mau buka warteg), mungkin benar, kau bilang ketika itu padaku tanpa beban, sama sekali yang sampai detik ini sangat berarti buat aku. Aku di nilai seperti itu hanya karena aku sangat menjaga perasaan kawan sehingga kesan logikaku terhanyut dengan kemilaunya fatamorgana kehidupan yang semu. Dan aku tak mungkin ingin menepuk dada langkah dan sikapku benar.
Sahabat…
Darimu walau penuh kabut dan hanya samar aku tahu sedikit-sedikit, tentang sikap beragam teman/kawan/sahabat yang punya permasalahan masing-masing di kehidupan ini, dan dengan berjalannya waktu aku semakin mengetahui juga memahami cara sebagian besar para suami-suami bersikap ketika jauh dari istri-istrinya dengan jangka waktu yang panjang.
Sahabat…
Ini yang ku sampaikan mungkin tak berujunga pangkal, besar harapanku di pahami maksudnya. Serta ada manfaatnya buat menganalisa akan kebenaran nyata dari sikapku untuk menilai arti seorang sahabat di mata seorang sahabat seperti dirimu, untuk mewarnai sisi hidup ini, Semoga Allah Selalu bersama kita orang-orang yang punya niat mentata hati dan diri untuk berharap jalan yang benar lagi penuh RidhoanNya.
Sahabat…
Terima kasih sudah membaca yang kutulisku. Dan mohon maaf bila ada salah-salah kata. Maklum aku bukan siapa-siapa yang tidak punya apa-apa, kecuali yang kulakukan bernilai ke tulusan yang tak bertepi dengan mengharap Allah mengampuni akan salah dan khilaf yang aku lakukan serta. Allah meRidho langkah ku dalam menjalani kehidupan ini.Amin
Tiada jarum yang tak patah, tiada kata yang tak salah bila kita tak berusaha menyikapinya dengan bijaksana. Jangankan Sahabat, ulama dan ustadpun bisa jadi musuh. Satu harapanku, pada semua sahabatku, bukan wajah tampan dan ayu, harta, apa lagi tahta semua itu tak berarti apa-apa kalau hanya untuk kepuasaan diri pribadi. Aku hanya ingin keperdulian seorang kawan.
Wasallam.
Nisa Harbi
Yang lagi menyelesaikan study S2
Di- UGM Jogja.
Indonesia.
Sahabat …
Mohon maaf kalau aku sering kali menghubungi, untuk sekedar bertanya kabar atau memberi salam, aku tipe orang yang tak mudah melupakan orang yang ku kenal, yang mana sebagian besar kukenal adalah kaum adam, kuharap sikapku ini tidak menjadi dasar untuk mengukur kepribadianku yang terkesan suka-suka, urakan dan seenaknya.
Sahabat...
Bertemu, berkenalan, berteman, berkawan dan bersahabat adalah hal biasa ku lakukan dalam batas kewajaran dan aturan yang kita pegang teguh dengan mengedepankan,ahlak juga moral. Dengan perjalan waktu, kawan dekat dan para sahabat akan tahu kebiasaan dan kepribadian yang aku punya. Kemudian suka dengan kepribadianku lalu dekat, bukan hal yang aneh ku rasakan. Tapi apakah kemudian aku terlena dan lupa siapa diriku. Insya Allah TIDAK kan membuatku mabuk.
Sahabat…
Alhamdullilah aku masih punya Alhak dan iman yang baik. Aku sadar aku tidak ingin punya masalah dengan siapapun selama aku diberi kesempatan untuk mewarnai hidup ini. Apapun orang katakan tentang nilai kepribadianku baik positif atau negatif, aku tak pernah punya niat meluruskan, membenarkan atau menyalahkan. Aku berusaha menata hati ku dengan baik dan tak tinggi hati. Biarlah waktu yang akan membuktikan semuanya.
Sahabat…
Tadi aku mesms seorang kawan, tanya kabar, ada apa ko udah berubah, yang tadinya bisa telpon sehari berkali-kali. Tiba-tiba aku sms nda di respon, aku bertanya kali aja sakit, aku perlu tahu ada apa dengan berubah sikap dengan sangat nyata. Aku kwatir akan sikapku yang membuat seorang kawan tersinggung, aku orang yang sangat perasa. Jangan sampai tak ku sadari aku sudah salah bicara yang membuat org terluka hatinya.
Sahabat…
Di luar dugaan, kali ini balasan smsnya benar-benar datang dari hati terdalamn bangat dan itulah yang benar (kurasa tak pantaskan kalau kusampaikan pada mu sahabat), sms itu yang ku tunggu selama ini. Dengan caraku menyikapi gaya dan tingkah seorang kawan, membuat tataan hatiku lebih baik dan lebih bijaksana menilai.
Sahabat…,
Aku berada di persimpangan jalan (emang mau buka warteg), mungkin benar, kau bilang ketika itu padaku tanpa beban, sama sekali yang sampai detik ini sangat berarti buat aku. Aku di nilai seperti itu hanya karena aku sangat menjaga perasaan kawan sehingga kesan logikaku terhanyut dengan kemilaunya fatamorgana kehidupan yang semu. Dan aku tak mungkin ingin menepuk dada langkah dan sikapku benar.
Sahabat…
Darimu walau penuh kabut dan hanya samar aku tahu sedikit-sedikit, tentang sikap beragam teman/kawan/sahabat yang punya permasalahan masing-masing di kehidupan ini, dan dengan berjalannya waktu aku semakin mengetahui juga memahami cara sebagian besar para suami-suami bersikap ketika jauh dari istri-istrinya dengan jangka waktu yang panjang.
Sahabat…
Ini yang ku sampaikan mungkin tak berujunga pangkal, besar harapanku di pahami maksudnya. Serta ada manfaatnya buat menganalisa akan kebenaran nyata dari sikapku untuk menilai arti seorang sahabat di mata seorang sahabat seperti dirimu, untuk mewarnai sisi hidup ini, Semoga Allah Selalu bersama kita orang-orang yang punya niat mentata hati dan diri untuk berharap jalan yang benar lagi penuh RidhoanNya.
Sahabat…
Terima kasih sudah membaca yang kutulisku. Dan mohon maaf bila ada salah-salah kata. Maklum aku bukan siapa-siapa yang tidak punya apa-apa, kecuali yang kulakukan bernilai ke tulusan yang tak bertepi dengan mengharap Allah mengampuni akan salah dan khilaf yang aku lakukan serta. Allah meRidho langkah ku dalam menjalani kehidupan ini.Amin
Tiada jarum yang tak patah, tiada kata yang tak salah bila kita tak berusaha menyikapinya dengan bijaksana. Jangankan Sahabat, ulama dan ustadpun bisa jadi musuh. Satu harapanku, pada semua sahabatku, bukan wajah tampan dan ayu, harta, apa lagi tahta semua itu tak berarti apa-apa kalau hanya untuk kepuasaan diri pribadi. Aku hanya ingin keperdulian seorang kawan.
Wasallam.
Nisa Harbi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri kritik dan saran untuk kebaikan dan kemajuan Mutiarahati Wanita.