UNTUKMU KASIHKU

Sair Lagu Kepompong

Dulu kita sahabat
dengan begitu hangat
mengalahkan sinar mentari

Dulu kita sahabat
berteman bagai ulat
berharap jadi kupu-kupu

Kini kita berjalan berjauh-jauhan
kau jauhi diriku karena sesuatu
mungkin ku terlalu bertingkah kejauhan
namun itu karena ku sayang

Persahabatan bagai kepompong
mengubah ulat menjadi kupu-kupu
persahabatan bagai kepompong
hal yang tak mudah berubah jadi indah
Persahabatan bagai kepompong
maklumi teman hadapi perbedaan
persahabatan bagai kepompong
na na na na na..

Semua yang berlalu
biarkanlah berlalu
seperti hangatnya mentari

Siang berganti malam
sembunyikan sinarnya
hingga dia bersinar lagi


PESAN DARI VALENTINO

Rekan-rekan semua

Mengingat maraknya kejahatan di jalan raya dengan modus beragam, saya teruskan informasi berikut dalam usaha meningkatkan kewaspadaan kita terhadap tindak kriminal di jalan raya. Semoga bermanfaat.


Modus Operandi (baru):
Sebagian perampok melemparkan beberapa butir telur ke kaca depan kendaraan calon korban, bertujuan agar si pengemudi kendaraan memperlambat laju kendaraannya dan mengaktifkan/ menghidupkan wiper kaca mobil kendaraan.

Harapan pengemudi: Dengan mengaktifkan / menghidupkan wiper agar pecahan telur/kotoran dapat hilang/bersih, akan tetapi karena daya lengket telor yang pecah di kaca depan mobil justru malah menjadi rata dan menghalangi pandangan pengemudi, Kondisi seperti inilah yang diharapkan oleh perampok agar pengemudi segera menghentikan kendaraannya. Diluar dugaan sebagian perampok sudah berdiri beberapa meter didepan kendaraan dan siap merampas kendaraan, tidak menutup kemungkinan nyawa penumpang kendaraan pun bisa dirampas jika dipandang perlu.

Tindakan yang disarankan:
1. Bila kendaraan sedang melaju kencang perlu mengurangi kecepatan namun tetap berjalan (jangan terlalu pelan apalagi berhenti ).

2. Jangan menghidupkan/mengaktifkan wiper agar pecahan telur tidak merata, usahakan tetap dapat melihatkedepan dengan memanfaatkan celah-celah pecahan telur yang menempel di kaca depan mobil.

3. Dapat menghentikan kendaraan untuk membersihkankotoran/pecahan telur hanya bila sudah menemukan tempat yang diyakini AMAN ( daerah yang cukup ramai/ dekat kantor Polisi/ daerah aman lainnya ).

4. Jangan lupa mengunci pintu kendaraan pada saat anda keluar.Hal yang sama juga disarankan jika tiba2 saja ban mobil anda kempes/pecah.


Catatan untuk seluruh rekan-rekan :

Tolong sebarkan informasi ini.

Terima kasih.

PERMATA HATI DAN BUAH HATI KAMI




DUA BERSAUDARA YANG SALING MERINDUKAN

USIA PERNIKAHANKU

Mba Nisa , bantu aku

Usia pernikahanku hampir 12 tahun, aku merasa rumah tanggaku sedang dalam titik
jenuh. Akhir-akhir ini suamiku bersikap suka-suka dan penuh cela dan hinaan pada
diri, sikap, penampilan, memintaku berbuat pada hal-hal yang tak masuk akal dan
aneh. Aku kesal seakan-akan aku tak ada baiknya dimata suamiku lagi.

Menurut mba untuk mempertahankan Rumah Tanggaku yang sedang dalam bahaya ke
tidak harmonisan. Apa yang aku harus lakukan ?



Sebuah ungkapan hati "MM" yang di sampaikan pada saya
Adakah yang bisa memberi masukan padanya ????????



Silahkan Sampaikan melalui komentar di bawah ini. Terima Kasih.

LOGIKA

Kawan...
Perjalanku karena Allah, Langkah demi langka ku ayun atas RidhoNya.
Perahatian dan keperdululian ku bukanlah “sesuatu” yang perlu di ragukan
Bukan pula, karena ku berada di persimpangan jalan tuk mewarnai hidup ini
Persimpangan jalan itu bukan untuk keperibadian sebaik-baik wanita.

Kawan...
Salahkah aku perhatian dan perduli serta setia kawan
Dalam mewarnai hidup ini aku di bekali dengan dasar iman dan taqwa.
Salahkah Keperdulianku, punya rasa, perasaan, nurani dan juga L O G I K A
Persimpangan jalan bukan pilihan untuk menyesali diri sepanjang waktuku

Kawan...
Bukan pula untuk meratapi kepedihan dan kebodohan masa lalu, kini dan nanti
Persimpangan jalan itu telah jauh kulalui dengan iman Islam dalam diriku
Aku sangat sadar Allah memberiku yang terbaik dan sempurna di dunia ini
Yang mampu menerimaku apa adanya untuk di sayangi, di kasihi dan di cintai.




Untuk kawan


Nisa Harbi.


DINAMIKA ANAK



(ZULKIFLI HARIS KURNIAWAN )

SOSOK ANAK YANG PENUH CERIA.

KELUGUANNYA,MEMBUAT BINGUNG

ORANG TUANYA.

BERSEMBUNYI DIMULUT GOA

SAAT REKREASI

INDAH NEGERIKU



TANAH AIR KU INDAH MEMPESONA





LOKASI DI SUL - SEL

TENTANG MUTIARAHATI WANITA


Aku lahir dan besar di kota ini Tanah Grogot Kabupaten Paser Kalimantan Timur, Ayah ku Bugis dan Ibuku Banjar. Aku lahir hampir 41 tahun yang lalu, tepatnya 2 Juni dengan nama Hairunnisa. Aku kecil hingga remaja hidup dalam keluarga yang serba pas-pasan. Ayahku yang hanya pekerja swasta (maksudnya beliau tukangnya, buruhnya,juga beliau pemiliknya merangkap bos) kerja apapun buat memberi makan anak2nya yang tidak sedikit.
Aku sulung dari 8 adik, 2 orang lagi di semester akhir. Ibuku wanita paling bijaksana se dunia yang berjuang membantu ayahku bekerja apa saja yang halal. Kami hidup sangat rukun dan kompak saling bantu satu dengan yang lain hingga detik ini. Banyak suka dan dukanya kami lalui bersama-sama.

Beranjak aku remaja kehidupan kami lebih baik, ayahku banting haluan usaha, menjadi pengusaha kontraktor fisik bangun sekolahan, puskesmas, dll yang biasalah bila hujan ke banjiran bila kemarau kekeringan. Tapi Bundaku sudah mendidik kami hidup dalam kesederhanaan, tak boleh nampak berbeda jauh dengan teman bergaul. Yang penting sekolah. Aku yang tahu akan kemampuan ekonomi keluarga tidak bersedia melanjutkan pendidikan setelah tamat SMA aku mencari kerja. Dari teman ayah aku menjd karyawan, pada sebuah Asosiasi.

Setamat SMP aku di pindahkan ke Sulsel untuk melanjtkan ke SMA dengan begitu aku bisa lebih dekat dengan nenek dari ayahku. Jarak tak memutus janji yang Allah tentukan padaku, rupanya berjodoh dengan tetangga sebelah rumahku, kami memang saling suka sejak 5 tahun sebelum akhirnya menikah, Dia ketika itu sudah bekerja di Pemerintahan dengan status PNS.
Akhirnya kami menikah tanggal 23 Juli 1989. Tidak ada yang paling bahagia di dunia ini ketika itu selain kami berdua. Tahun 1990 aku menjadi PNS dan di tahun yang sama di bulan Oktober aku punya bayi laki2 yang kini telah menjadi mahasiswa. 6 tahun kemudian baru ada adiknya juga laki-laki yang kini duduk di kelas I SMP.
Hampir 20 tahun usia pernikahan kami, bukan hal yang mudah untuk di lalui, jalan terjal, berliku, ujian dan cobaan ombak dan gelombang, angin, kencang mencoba mengoyahkan pertahanan RT kami. Dengan Izin Allah kami mampu bertahan tegar dalam segala masalah yang ada. Kuncinya hanya satu mesti ada yang mengalah dan bijaksana bersikap ketika titik jenuh menghampiri, tidak mudah tapi harus ada tekat dan kemauan.

Dan Selama ini apapun permasalahan di RT ku tak ada orng lain yang boleh tahu dan ikut menyelesaikannya, cukup kami berdua tanpa pertimbangan siapapun, termasuk ortu kami. Dan itu berjalan dengan baik. Dalam pergaulan Aku orang yang sangat toleran, perduli,sangat prinsip, keras nekat dan berani. Ketika harus berkata A maka sangat sulit berganti B. Dan ketika aku menganggap perlu dan mendesak perduli dan membantu, maka aku tak perlu menunggu persetujuan siapapun termasuk suami, aku hanya perlu izin. Yang penting bukan soal penghasilan dari suami.

Hidup adalah pilihan begitu kata orang bijak maka aku mencoba menikmatinya dengan banyak bersyukur pada Allah sudah memberiku hal terbaik diantara orang-orang yang penuh cinta dan kasih padaku selama ini. Maha Benar Allah dengan segala kekuasaanNya.

GABUNG DI ZIDDU.COM

http://www.ziddu.com/download//.html

AYO GABUNG BERSAMA Joko Susilo, ST Pondok Bukit Agung no 3, Semarang

BIAS MALAM

bayangmu ...
mengurai hati dan fikiran
tergambar di ruang dan waktu
mengulas lembut perjalanan rindu

bayangmu ...
membias malam menggayut rindu
kucoba menepisnya
namun selalu tak mampu

bayangmu ...
tajam mengusik sanubari
membuatku lemas lunglai
terkapar di ujung waktu


(brahmanku 2009)

MUTIARAHATI WANITA BICARA

SIMAKLAH DENGAN HATI APA YANG DI TULIS DI
MUTIARA HATI WANITA



Blogsport Mutiarahati Wanita ini sangat banyak kekurangan, dan kelemahan, dukungan dari banyak pihak untuk kemanjuannnya kami harapkan. Kami dalam membulai membuat Blogsport Mutiarahati Wanita ini hanya bermodal keberanian dan keinginan menyalurkan hoby dalam menulis.


Dalam membuat tulisan-tulisan ini kami berharap ada yang mau berbagi, ilmu dengan kami bagaimana tehnik dan trik-trik dalam menulis yang baik dan tak terkesan menjiblak. Mungkin ada sebagian orang menilai tulisan kami tak berbobot, tak terarah. Ya itulah penilaian dan hak orang menilainya, kami berharap jangan hanya menilai sesuatu salah, karena itu tidak akan menghasilakan apa-apa. Nilai keburukan dari sebuah usaha adalah mencela tanpa pernah tahu apa yang di cela dan tidak pernah menunjukkan yang benar, baik dan bagus dan bemutu dari hasil yang telah di miliki nyata.


Untaian kata ini mungkin tak punya arti namaun kami berharap ini punya makna yang dapat mengerakkkan hati siapapun yang punya rasa keperdulian dalam diri,. Terima kasih atas ikhlasanya, pada mereka yang mau memberikan dan membagi ilmunya untuk kebaikan dan kemajuan Mutiarahati Wanita ini.

"Banyak orang pandai, tapi sedikit orang bijak,
semoga dari yang sedikit itu kita diantaranya"



Mutiarahati wanita






Nisa Harbi



SUAMI IZIN BERVOLIGAMI


Dari Ungkapan di bawah ini Silahkan kirim komentar anda,

komentar yang terbaikakan kami jadikan isi halaman uta
ma




"Blogsport MUTIARAHATI WANITA"


Suami ber”Voligami” salahkah itu di lakukan oleh sebagian para suami masa kini ? tentu beragam jawabnya bisa salah, bisa juga benar sesuai alasan masing-masing. Tergantung yang mengalami dan menjalaninya. Bila diantara kita ada suami meminta izin untuk bervoligami. Padahal sudah punya anak 5 orang, keputusan yang katanya sudah dipikirkan matang-matang dampak baik dan buruknya untuk di lalui. Segala resiko yang akan timbul dari apa yang di lakukkannya, si suami berani dan tak gentar menghadapinya.


Dari tulisan di atas, apabila hal ini terjadi pada anda apa yang di lakukan baik prinsif, sikap, langkah dan keputusan apa yang anda akan ambil untuk menyelamatkan rumah tangga yang anda bina selama bertahun-tahun :

BUKTIKAN


Bisnis Internet mampu menambah penghasilan
kita GABUNG dengan Mengklik di

http://www.kuncikaya.co.cc/?id=mutiarahati

mudah mendulang hasilkan RUPIAH
BERMODAL NIAT, TEKAT, KEMAUAN, KEPERCAYAAN
KEYAKINAN AKAN KEBERHASILANYA

Mau kaya mesti berani mencoba dan harus berhasil.

SAHABAT YANG SELALU HAPPY

Buah duren buah manggis yang baca dan koment
aduh maaaa “gagah, manis dan keren”



Bertemu dengan sahabat



Aku datang dari jauh di ujung selatan Propinsi Kaltim dengan membawa ketulusan dan persaudaraan. Tidak ada dalam hayal dan pikiranku kita di pertemukan dalam dunia nyata yang sama sekali tak terduga penuh kasih sayang, damai, canda ria, keperdulian, persahabatan, persaudaraan. 3 (tiga) hari bersama kita di Jogja, sebagai sahabat aku melihat di matamu yang indah yang aku mencoba membaca hati mu dik, ada ragu, juga kwatir pada seorang sahabat baru, nyata ada dan bertemu, tanpa terduga dan tanpa perencanaan benar-benar hadir. Semua karena kehendak dan janji pada Allah dan IzinNya, mempertemukan kita.

Aku ingin pertemanan dan persahabatan ini hanya seumur jagung. Kita kenal udah setahun lebih tanpa saling bertemu dan itu bisa bertahan karena kita saling dukung, saling mendoakan rasanya begitu dekat berteman, bersaudara, bersahabat. Kini Pertemuan membuat kita saling mengetahui diri kita masing-masing. Lalu, kemudian kita berpisah untuk tidak saling melupakan dan tetap saling menghubungi satu dengan yang lain, sehingga persaudaraan tak terpisahkan walau jarak dan waktu memisahkan kita. Bila suatu saat kita dalam masalah dan kesulitan mungkin kita bisa saling membantu, mendukung, dengan doa juga harapan, lebih-lebih dukungan materi. Renungkanlah ini dik betapa besarnya arti dan makna sebuah persahabatan yang didalamnya ada nilai rasa keperdulian tak terukur dengan nilai materi berapapun besarnya.


Aku Benarkan “Sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang mesti terpenuhi. Dialah ladang hati, yang kita taburi dengan kasih dan kita panen dengan penuh rasa terima kasih. Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya ruh kejiwaan. Karena kasih yang masih menyisakan pamrih, di luar jangkauan misterinya, bukanlah kasih, tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan”. * (aku kutif dari kata kahril gibran tentang sahabat). Aku Ingin kehadiranku mampu membuat warna indah dalam kehidupan adik dan keluarga, begitu pula sebaliknya, aku saudara, sahabat, kawan, teman yang tak ingin di lupakan apa lagi di tinggalkan dan menjauhkan hati dan rasa yang kita miliki, sebab aku, hanyalah seorang kaka,teman,kawan juga sahabat. Yang bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa.


Kita sahabat berbeda jenis dan masing-masing memiliki tanggungungjawab mempertahankan nilai martabat dan moral, tentu sadar dan menjaga benar keutuhan dan ketahanan istana yang sudah kita miliki (masih ingat maknanya begitu dalam). Benar dik walau jarak memisahkan tapi rasa hati, perasaan seorang sahabat tak pernah berjauhan dan tak pernah saling membenci. Sebab Nilai dan arti persahabatan yang kita punya bukan untuk membuat orang-orang yang kita sayang dan cintai menjadi terluka hingga kita tak punya arti, penuh sesal sepanjang masa dan sepanjang umur kita. Dan dalam sebuah ikatan persahabatan aku hanya minta dan berharap pada mu dik, jangan mudah berubah, dan jangan buat untuk berubah.


Ingatkan “Persahabat dengan begitu hangat mengalahkan sinar mentari jauh lebih abadi*(kaya lagu itu kepompong) dan bermakna dalam dan membekas dari kisah cinta “Romeo dan Juliet”, “Galih dan Ratna”, “Aku dan Dia”, yang ada tidak merusak hati, tidak mengotori jiwa kita. Menjadi sahabat tak merubah kita jadi kupu-kupu, yang nakal. Kita adalah Sahabat yang saling memahami, untuk hal-hal yang perlu di pahami dan di mengerti dengan tetap tegar berdiri kuat demi banyak hal juga prinsip hidup.


Sebuah janji padaNYA sudah kita tunaikan dengan mengambil banyak hikmah dari perjalan kehidupan ini, Rahasia Hidup ini siapapun tak pernah menduganya kecuali ke YAQINAAN akan kekuasaan Allah untuk menggerakanNya. Karena Tiada yang tidak mungkin bila Allah menghendakiNya. Dan Allah memelihara persahabatan kita, dan mempertemukan kita dan keluarga di lain waktu dan kesempatan dalam keadaan yang lebih baik, sehat dan bahagia. Akhir kata ku sampaikan untuk di ingat ya:


“Nisa dan Tuti berbody aduhai, GEDE Orangnya "

”si Acil Wira gayanya bermerk”


“Bertemu sahabat karena Allah untuk janji yang tak terlupakan”


Awal Tahun 2009


Nisa Harbi.

MEMORY AKHIR TAHUN

Happy bertemu kita di Happy Land
Datang dengan raga yang sehat.
Untuk mengukir kisah indah kehidupan
Bersama kita merajut kenangan
Betapa besar arti seorang sahabat

Di Malam hari berjalan kita bergandengan
Dalam Hujan rintik-rintik, dan udara dingin
Langkah kita ayun dalam irama yang sama
Hingga kita berada di persimpangan jalan…
Menuju kedai kopi dan wedang jahe...

Segelas wedang jahe Hangat kita nikmati.
Sehangat arti sahabat yang kita rasakan.
Kini langkah kita terhenti kita harus kembali
Kenangan kita tak pernah terhenti
Terukir indah di dasar hati.


“Nisa Harbi”

BILA CINTA......

Bila cinta menggugah rasa
Begitu indah mengukir hatiku
Menyentuh jiwaku, hapuskan semua gelisah
Duhai cintaku, duhai pujaanku
Datang padaku dekat disampingku
Kuingin hidupku selalu dalam peluknya

Terang saja aku menantinya
Terang saja aku mendambanya
Terang saja aku merindunya
Karena dia, karena dia begitu indah
Duhai cintaku, duhai pujaan hatiku
Peluk diriku dekaplah jiwaku
Bawa ragaku melayang memeluk bintang



(Dari HH )

UNTUK RENUNGAN

"Siapa yang menikah maka ia telah melengkapi separuh keimanannya.Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang setengahnya lagi."(Ath-Thabrani fil ausath, dari Hadist Anas Ra)

"Barang siapa yang dikaruniai Allah seorang isteri yang shaleh berarti Dia telah menolongnya pada setengah diennya. Oleh karena itu hendaklah ia bertaqwa memelihara yang setengah sisanya."(Al-Hakim,dalam Mustdrik-nyadariHadistAnasRa)

SAHABAT

Ini ku tulis buat seorang Sahabat
Yang lagi menyelesaikan study S2
Di- UGM Jogja.
Indonesia.

Sahabat …

Mohon maaf kalau aku sering kali menghubungi, untuk sekedar bertanya kabar atau memberi salam, aku tipe orang yang tak mudah melupakan orang yang ku kenal, yang mana sebagian besar kukenal adalah kaum adam, kuharap sikapku ini tidak menjadi dasar untuk mengukur kepribadianku yang terkesan suka-suka, urakan dan seenaknya.

Sahabat...

Bertemu, berkenalan, berteman, berkawan dan bersahabat adalah hal biasa ku lakukan dalam batas kewajaran dan aturan yang kita pegang teguh dengan mengedepankan,ahlak juga moral. Dengan perjalan waktu, kawan dekat dan para sahabat akan tahu kebiasaan dan kepribadian yang aku punya. Kemudian suka dengan kepribadianku lalu dekat, bukan hal yang aneh ku rasakan. Tapi apakah kemudian aku terlena dan lupa siapa diriku. Insya Allah TIDAK kan membuatku mabuk.

Sahabat…

Alhamdullilah aku masih punya Alhak dan iman yang baik. Aku sadar aku tidak ingin punya masalah dengan siapapun selama aku diberi kesempatan untuk mewarnai hidup ini. Apapun orang katakan tentang nilai kepribadianku baik positif atau negatif, aku tak pernah punya niat meluruskan, membenarkan atau menyalahkan. Aku berusaha menata hati ku dengan baik dan tak tinggi hati. Biarlah waktu yang akan membuktikan semuanya.

Sahabat…

Tadi aku mesms seorang kawan, tanya kabar, ada apa ko udah berubah, yang tadinya bisa telpon sehari berkali-kali. Tiba-tiba aku sms nda di respon, aku bertanya kali aja sakit, aku perlu tahu ada apa dengan berubah sikap dengan sangat nyata. Aku kwatir akan sikapku yang membuat seorang kawan tersinggung, aku orang yang sangat perasa. Jangan sampai tak ku sadari aku sudah salah bicara yang membuat org terluka hatinya.

Sahabat…

Di luar dugaan, kali ini balasan smsnya benar-benar datang dari hati terdalamn bangat dan itulah yang benar (kurasa tak pantaskan kalau kusampaikan pada mu sahabat), sms itu yang ku tunggu selama ini. Dengan caraku menyikapi gaya dan tingkah seorang kawan, membuat tataan hatiku lebih baik dan lebih bijaksana menilai.

Sahabat…,

Aku berada di persimpangan jalan (emang mau buka warteg), mungkin benar, kau bilang ketika itu padaku tanpa beban, sama sekali yang sampai detik ini sangat berarti buat aku. Aku di nilai seperti itu hanya karena aku sangat menjaga perasaan kawan sehingga kesan logikaku terhanyut dengan kemilaunya fatamorgana kehidupan yang semu. Dan aku tak mungkin ingin menepuk dada langkah dan sikapku benar.

Sahabat…

Darimu walau penuh kabut dan hanya samar aku tahu sedikit-sedikit, tentang sikap beragam teman/kawan/sahabat yang punya permasalahan masing-masing di kehidupan ini, dan dengan berjalannya waktu aku semakin mengetahui juga memahami cara sebagian besar para suami-suami bersikap ketika jauh dari istri-istrinya dengan jangka waktu yang panjang.

Sahabat…

Ini yang ku sampaikan mungkin tak berujunga pangkal, besar harapanku di pahami maksudnya. Serta ada manfaatnya buat menganalisa akan kebenaran nyata dari sikapku untuk menilai arti seorang sahabat di mata seorang sahabat seperti dirimu, untuk mewarnai sisi hidup ini, Semoga Allah Selalu bersama kita orang-orang yang punya niat mentata hati dan diri untuk berharap jalan yang benar lagi penuh RidhoanNya.

Sahabat…

Terima kasih sudah membaca yang kutulisku. Dan mohon maaf bila ada salah-salah kata. Maklum aku bukan siapa-siapa yang tidak punya apa-apa, kecuali yang kulakukan bernilai ke tulusan yang tak bertepi dengan mengharap Allah mengampuni akan salah dan khilaf yang aku lakukan serta. Allah meRidho langkah ku dalam menjalani kehidupan ini.Amin

Tiada jarum yang tak patah, tiada kata yang tak salah bila kita tak berusaha menyikapinya dengan bijaksana. Jangankan Sahabat, ulama dan ustadpun bisa jadi musuh. Satu harapanku, pada semua sahabatku, bukan wajah tampan dan ayu, harta, apa lagi tahta semua itu tak berarti apa-apa kalau hanya untuk kepuasaan diri pribadi. Aku hanya ingin keperdulian seorang kawan.


Wasallam.

Nisa Harbi

FORMULA BISNIS

http://www.formulabisnis.com/?id=mutiarahati

Rahasia Tersembunyi Metode Mencari Uang
di Internet Akhirnya Diungkap


Jika Anda Bisa Mengetik dan Mengakses Internet, Anda Sudah Memiliki Syarat yang Cukup Untuk Menghasilkan Uang Melimpah dari Internet... Hanya Jika Anda Tahu Caranya

TENTANG DIRI PEMILIK MUTIARAHATI WANITA


Aku lahir dan besar di kota ini Tanah Grogot Kabupaten Paser Kalimantan Timur, Ayah ku Bugis dan Ibuku Banjar. Aku lahir hampir 41 tahun yang lalu, tepatnya 2 Juni dengan nama Hairunnisa. Aku kecil hingga remaja hidup dalam keluarga yang serba pas-pasan. Ayahku yang hanya pekerja swasta (maksudnya beliau tukangnya, buruhnya,juga beliau pemiliknya merangkap bos) kerja apapun buat memberi makan anak2nya yang tidak sedikit.
Aku sulung dari 8 adik, 2 orang lagi di semester akhir. Ibuku wanita paling bijaksana se dunia yang berjuang membantu ayahku bekerja apa saja yang halal. Kami hidup sangat rukun dan kompak saling bantu satu dengan yang lain hingga detik ini. Banyak suka dan dukanya kami lalui bersama-sama.

Beranjak aku remaja kehidupan kami lebih baik, ayahku banting haluan usaha, menjadi pengusaha kontraktor fisik bangun sekolahan, puskesmas, dll yang biasalah bila hujan ke banjiran bila kemarau kekeringan. Tapi Bundaku sudah mendidik kami hidup dalam kesederhanaan, tak boleh nampak berbeda jauh dengan teman bergaul. Yang penting sekolah. Aku yang tahu akan kemampuan ekonomi keluarga tidak bersedia melanjutkan pendidikan setelah tamat SMA aku mencari kerja. Dari teman ayah aku menjd karyawan, pada sebuah Asosiasi.

Setamat SMP aku di pindahkan ke Sulsel untuk melanjtkan ke SMA dengan begitu aku bisa lebih dekat dengan nenek dari ayahku. Jarak tak memutus janji yang Allah tentukan padaku, rupanya berjodoh dengan tetangga sebelah rumahku, kami memang saling suka sejak 5 tahun sebelum akhirnya menikah, Dia ketika itu sudah bekerja di Pemerintahan dengan status PNS.
Akhirnya kami menikah tanggal 23 Juli 1989. Tidak ada yang paling bahagia di dunia ini ketika itu selain kami berdua. Tahun 1990 aku menjadi PNS dan di tahun yang sama di bulan Oktober aku punya bayi laki2 yang kini telah menjadi mahasiswa. 6 tahun kemudian baru ada adiknya juga laki-laki yang kini duduk di kelas I SMP.
Hampir 20 tahun usia pernikahan kami, bukan hal yang mudah untuk di lalui, jalan terjal, berliku, ujian dan cobaan ombak dan gelombang, angin, kencang mencoba mengoyahkan pertahanan RT kami. Dengan Izin Allah kami mampu bertahan tegar dalam segala masalah yang ada. Kuncinya hanya satu mesti ada yang mengalah dan bijaksana bersikap ketika titik jenuh menghampiri, tidak mudah tapi harus ada tekat dan kemauan.

Dan Selama ini apapun permasalahan di RT ku tak ada orng lain yang boleh tahu dan ikut menyelesaikannya, cukup kami berdua tanpa pertimbangan siapapun, termasuk ortu kami. Dan itu berjalan dengan baik. Dalam pergaulan Aku orang yang sangat toleran, perduli,sangat prinsip, keras nekat dan berani. Ketika harus berkata A maka sangat sulit berganti B. Dan ketika aku menganggap perlu dan mendesak perduli dan membantu, maka aku tak perlu menunggu persetujuan siapapun termasuk suami, aku hanya perlu izin. Yang penting bukan soal penghasilan dari suami.

Hidup adalah pilihan begitu kata orang bijak maka aku mencoba menikmatinya dengan banyak bersyukur pada Allah sudah memberiku hal terbaik diantara orang-orang yang penuh cinta dan kasih padaku selama ini. Maha Benar Allah dengan segala kekuasaanNya.

HAUS KEKUASAAN

Lain dulu lain sekarang. Mungkin ungkapan ini cocok dengan keadaan kaum muslimin pada hari ini. Mereka telah terhempas jauh dari tuntunan Allah -Ta’ala-, dan Rasul-Nya -Shallallahu alaihi wa sallam- . Besarnya gelombang syahwat dan syubhat membuat mereka terpisah jauh dari panutan mereka yaitu para sahabat nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan para shalafush shaleh.

Mereka beraqidah, bukan dengan aqidah Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dan para sahabatnya. Mereka beribadah, bukan dengan ibadah yang dicontohkan oleh Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dan para sahabatnya. Mereka bermu’amalah, bukan dengan mu’amalah Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- , dan para sahabat. Akhirnya, Allah Ta’ala membiarkan mereka memilih jalannya sendiri dan memalingkan mereka dari kebenaran, kemana mereka mau berpaling sebagai hukuman kepada mereka atas kedurhakaannya kepada Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, dan akibat mereka tidak mau mengikuti jalannya para sahabat.

Allah -Ta’ala- berfirman,

“Barang siapa yang durhaka kepada Rasul setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti selain jalan orang-orang beriman (para sahabat) Kami biarkan dia dalam kesesatannya dan kelak kami akan masukkan mereka ke dalam neraka Jahannam, dan Jahannam itu adalah sejelek-jelek tempat kembali.” (QS. An-Nisaa’ :115)

Jika kita mau memperhatikan kondisi kaum muslimin pada hari ini dan membandingkannya dengan para sahabat dan pengikut mereka yang setia, maka kita akan mendapatkan perbedaan yang sangat jauh. Pada hari ini, kaum muslimin berlomba-lomba dan haus kekuasaan untuk mendapatkan jabatan dan menjadi pemimpin. Padahal para salaf terdahulu menjauhi dan menghindarinya.

Segala cara mereka tempuh, tanpa peduli lagi dengan halal tidaknya. Maka nampaklah gambar-gambar mereka terpampang di setiap sudut jalan dengan kata-kata yang menggoda berharap agar mereka dipilih oleh masyarakat. Mulai dari orang kaya sampai guru ngaji; yang tua maupun yang muda, semua berebut kursi jabatan. Sungguh sial para pengemis kekuasaan tersebut; mereka telah menghamburkan harta dimana-mana demi meraih kekuasaan. Andaikan harta yang mereka hamburkan dalam pesta demokrasi itu mau dikumpulkan, lalu disedekahkan di jalan Allah, niscaya banyak orang yang akan merasakan manfaatnya. Tapi demikianlah setan menghiasi kehidupan dunia ini dengan segala macam tipuannya untuk membinasakan manusia, dan membuat mereka rugi di dunia.

Para salafush shaleh terdahulu sangat takut jika mereka diberikan kekuasaan. Sebab mereka tahu dan pahami besarnya konsekuensi dan pertanggung jawaban kekuasaan kelak di sisi Allah -Ta’ala-

Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,

أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ, فَاْلأَمِيْرُ الَّذِيْ عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Ingatlah, setiap orang diantara kalian adalah pemimpin, dan setiap dari kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang amir (pemimpin masyarakat) yang berkuasa atas manusia adalah pemimpin, dan ia akan ditanya tentang rakyatnya”. [HR. Bukhari (5200) dan Muslim (4701)]

Seorang yang mau menjadi pemimpin dan penguasa, harus mengetahui betul bahwa kekuasaan adalah amanah yang amat berat dipundak, dan tanggung jawab yang amat besar di sisi Allah, sebab ia harus menunaikan hak orang banyak, dan berbuat adil kepada mereka sebagaimana halnya mereka ingin agar rakyat menunaikan tugasnya di hadapan dirinya. Sungguh tugas ini amat berat digenggam, dan amat berbahaya. Tak heran jika Panutan kita, Nabi Muhammad -Shollallahu ‘alaihi wasallam- mengingatkan kita tentang bahayanya kekuasaan, dan orang yang memintanya.

Abdur Rahman bin Samuroh -radhiyallahu ‘anhu- berkata, “Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda kepadaku,

يَا عَبْدَ الرَّحْمنِ بْنَ سَمُرَةَ لاَ تَسْأَلِ اْلإِمَارَةَ, فَإِنَّكَ إِنْ أُوْتِيْتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا, وَإِنْ أُوْتِيْتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا

“Wahai Abdur Rahman bin Samuroh, janganlah engkau meminta kekuasaan. Karena jika kau diberi kekuasaan dari hasil meminta, maka engkau akan diserahkan kepada kekuasaan itu (yakni, dibiarkan oleh Allah & tak akan ditolong, pent.). Jika engkau diberi kekuasaan, bukan dari hasil meminta, maka engkau akan ditolong”. [HR. Al-Bukhoriy (6622, 6722, 7146, & 7147), dan Muslim (4257, & 4692)]

Abu Musa Al-Asy’ariy-radhiyallahu ‘anhu- berkata,

دَخَلْتُ عَلَى النَّبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا وَرَجُلاَنِ مِنْ بَنِيْ عَمِّيْ, فَقَالَ أَحَدُ الرَّجُلَيْنِ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَمِّرْنَا عَلَى بَعْضِ مَا وَلاَّكَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ, وَقَالَ الآخَرُ مِثْلَ ذَلِكَ, فَقَالَ: إِنَّا,وَاللهِ ! لاَ نُوَلِّيْ عَلَى هَذَا الْعَمَلِ أَحَدًا سَأَلَهُ وَلاَ أَحَدًا حَرَصَ عَلَيْهِ

“Aku pernah masuk menemui Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersama dua orang sepupuku. Seorang diantara mereka berkata, “Wahai Rasulullah, jadikanlah kami pemimpin dalam perkara yang Allah -Azza wa Jalla- berikan kepadamu. Orang kedua juga berkata demikian. Maka beliau bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya kami tidak akan menyerahkan pekerjaan ini kepada orang yang memintanya, dan tidak pula orang yang rakus kepadanya”. [HR. Al-Bukhoriy (7149), dan Muslim (1733)]

Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

لَنْ أَوْ لاَ نَسْتَعْمِلُ عَلَى عَمَلِنَا مَنْ أَرَادَهُ

“Kami tak akan mempekerjakan dalam urusan kami orang yang menginginkannya”. [HR. Al-Bukhoriy (2261, 6923, & 7156), dan Muslim (1733)]

Seorang yang meminta kekuasaan dan rakus terhadapnya akan mengalami penyesalan, sebab ia bukan ahlinya. Kekuasaan menjadi sebuah kenikmatan sementara, sedang kesusahan dan tanggung jawab akan menanti di Padang Mahsyar.

Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُوْنَ عَلَى اْلإِمَارَةِ وَسَتَكُوْنُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ, فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتِ الفَاطِمَةُ

“Sesungguhnya kalian kelak akan rakus terhadap kekuasaan, dan kekuasan itu akan menjadi penyesalan pada hari kiamat. Kekuasaan adalah sebaik-baik penetek(yakni, awalnya penuh kelezatan dan kenikmatan, pent.), dan sejelek-jelek penyapih (yakni, di akhirnya, saat terjadi kudeta, dan pertanggungjawaban di hari akhir, pent.)”. [HR. Al-Bukhoriy (6729), dan An-Nasa’iy (4211 & 5385)]

Sungguh nasihat dan wejangan berharga ini seyogyanya menjadi peringatan bagi kaum muslimin tentang beratnya tanggung jawab menjadi seorang pemimpin. Hendaknya jangan berani meminta kekuasaan. Sebelum seorang diberi kekuasaan dan tanggung jawab, hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dan takut akan azab-Nya dengan membentengi diri mereka dengan ilmu sebelum menjadi pemimpin.

Seorang ulama’ tabi’in, Al-Ahnaf bin Qois Al-Bashriy -rahimahullah- berkata, “Umar bin Khattab pernah mengatakan kepada kami, “Pelajarilah ilmu agama sebelum kalian memegang kekuasaan”. Sufyan berkomentar, “Karena seseorang yang telah mengetahui ilmu agama, ia tidak akan berhasrat lagi mengejar kekuasaan.” [Lihat Shifatush shafwah (2/236)]

Demikian pula para salaf yang lain, mereka sangat takut jika diberi kekuasaan. Al-Miswar bin Makhromah-radhiyallahu ‘anhu- bekata, “Ketika Abdur Rahman bin Auf diberi mandat dalam majlis syura (dewan musyawarah pemilihan khalifah dari kalangan ulama yang cerdik dan pandai). Beliau adalah orang yang paling kuidamkan untuk menduduki jabatan khalifah. Kalau beliau enggan, sebaiknya Sa’ad. Tiba-tiba Amru bin Ash menjumpaiku dan berkata, “Apa kira-kira pandangan pamanmu Abdur Rahman bin Auf, kalau ia menyerahkan jabatan ini kepada orang lain, padahal dia tahu bahwa dirinya lebih baik dari orang itu?”. Aku segera menemui Abdurrahman dan menceritakan kepada beliau pertanyaan itu. Beliau lalu berkomentar, “Seandainya ada orang meletakkan pisau dileherku lalu menusuknya hingga tembus, itu lebih kusukai daripada menerima jabatan tersebut”. [Lihat Siyar Al-A’lam An-Nubala’ (1/87-88)].

Utsman bin Affan pernah mengeluh karena mimisan (keluar darah dari hidung), lalu beliau memanggil Humran. Beliau berkata, “Tuliskan mandat untuk Abdurrahman untuk menggantikan aku bila aku meninggal”. Maka Humran pun menuliskan mandat itu. Setelah itu, Humran datang menjumpai Abdur Rahman seraya berkata, “ Ada kabar gembira”. Abdur Rahman bertanya, “Kabar apakah itu?”. Humran berkata, “Utsman telah menuliskan mandat untuk anda sepeninggalannya”. Abdur Rahman pun segera berdiri di antara makam dan mimbar Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- (yakni, di Raudhah), lalu berdo’a, “Ya Allah apabila penyerahan jabatan dari Utsman sepeninggalnya betul-betul terjadi, maka matikanlah aku sebelum itu”. Tak lebih enam bulan berselang, beliau pun wafat. [Lihat Siyar Al-A’lam An-Nubala’ (1/88)]

Yazib bin Al-Muhallab ketika diangkat sebagai gubernur Khurasan, ia membuat pernyataan, “Beritahukanlah kepadaku tentang seorang laki-laki yang memiliki kepribadian yang luhur lagi sempurna”. Beliau lalu dikenalkan kepada Abu Burdah Al-Asy’ariy. Ketika Sang Gubernur menemui Abu Burdah, ia mendapatinya sebagai seorang lelaki yang memiliki keistimewaan. Ketika Abu Burdah berbicara, ternyata apa yang ia dengar dari ucapannya lebih baik dari apa yang ia lihat dari penampilannya. Sang Gubernur lantas berkata, “Aku akan menugaskanmu untuk urusan ini dan ini, yang termasuk dalam kekuasaanku”. Abu Burdah meminta maaf karena tidak bisa menerimanya. Namun Sang Gubernur tidak menerima alasannya. Akhirnya Abu Bardah pun berkata, “Wahai Gubernur, sudikan anda mendengarkan apa yang disampaikan oleh ayahku? Bahwa ia pernah mendengar Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda”. Gubernur berkata, “Sampaikanlah”. Abu Bardah berkata, “Sesungguhnya Ayahku (Abu Musa Al-‘Asy’ariy) telah mendengar Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda:

“Barang siapa yang ditugaskan untuk memikul suatu pekerjaan yang dia tahu bahwa dirinya bukanlah orang yang ahli atau pantas dalam pekerjaan tersebut, bersiap-siaplah ia masuk ke dalam neraka”.

Aku bersaksi wahai Gubernur, “Bahwa aku bukanlah orang yang ahli atau pantas dalam urusan yang anda tawarkan”. Sang Gubernur justru berkata, “Dengan ucapanmu itu, kamu justru membuat kami makin berhasrat dan senang menaruh kepercayaan kepadamu. Laksanakanlah dengan segala tugas-tugasmu. Kami tidak bisa menerima alasanmu”. Maka lelaki itu pun menjalankan tugasnya di antara mereka selama beberapa waktu. Lalu ia meminta ijin untuk dapat menemui Gubernur, dan ia diijinkan. Lalu ia berkata, “Wahai Gubernur, sudikan anda mendengarkan apa yang disampaikan ayahku kepadaku bahwa ia mendengar Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, “terlaknatlah orang yang meminta atas nama Allah. Terlaknatlah orang yang diminta atas nama Allah, lalu tidak mengabulkan permintaan si peminta, selama ia (si peminta) tidak meminta perkara yang memutuskan persaudaraan”.

Sekarang aku minta atas nama Allah untuk tidak menjalankan tugas lagi, dan memaafkan saya atas pekerjaan yang telah saya lakukan.” Maka sang Gubernur pun menerima alasannya. [Lihat Siyar Al-A’lam An-Nubala’ (4/345)]

Sufyan berkata, “Aku tidak pernah melihat kezuhudan yang lebih sulit daripada kezuhudan terhadap kekuasaan. Kita bisa dapati orang zuhud dalam hal makanan, minuman, harta, dan pakaian, namun kalau kita berikan kepadanya kekuasaan, ia akan mempertahankannya dan berani bermusuhan membelanya”. [Lihat Siyar Al-A’lam An-Nubala’ (7/262)]

Itulah sebagian dari nasihat dan mutiara hikmah dan petuah salafush shaleh yang tinggi mutunya, mahal harganya, dan besar faedahnya. Kalimat yang muncul dari lisan generasi terbaik umat ini. Yakni sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in -radhiyallahu anhum-.

Allah -Ta’ala- berfirman ketika memuji mereka,

“Orang-orang yang terduhulu lagi pertama dari kalangan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan mereka ridho kepada Allah dan Dia menyiapkan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selamanya. Itulah kemenangan yang besar”. ( QS. At-Taubah: 100)

Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini, “Allah mengabarkan tentang ridhonya kepada orang-orang beriman dari kalangan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, serta keridhoan mereka kepada Allah. Dengan apa yang Allah telah siapkan mereka berupa surga-surga yang nikmat dan kenikmatan yang abadi [Lihat Tafsir Al-Qur’anil Adzim (2/398)]

Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

“Sebaik-baik manusia adalah di zamanku, kemudian setelahnya (tabi’in), kemudian setelahnya (tabi’ut-tabi’in)”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab Asy-Syahadat (2509), dan Muslim dalam Fadho’il Ash-Shohabah (2533)]

Ayat dan hadits di atas menjelaskan kepada kita tentang keutamaan dan kedudukan yang agung yang telah diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada para sahabat dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik. Karena itu, hendaknya kita menjadikan mereka sebagai panutan dan suri teladan yang baik. Merekalah yang dikenal dengan “Salafush Sholih” (Pendahulu yang Baik)

Alangkah indahnya ucapan Abdullah bin Mas’ud-radhiyallahu ‘anhu-, “Barangsiapa yang ingin mengambil teladan maka hendaklah ia mengambil teladan pada orang yang telah meninggal (yakni, para sahabat), sebab orang yang masih hidup tidaklah aman dari ujian. Mereka adalah para sahabat nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-, mereka adalah manusia terbaik umat ini, yang paling bagus hatinya, yang paling dalam ilmunya, dan paling sedikit membebani diri. Mereka adalah suatu kaum yang dipilih oleh Allah untuk menemani Nabi-Nya dan menegakkan agama-Nya. Maka kenalilah keutamaan mereka! Ikutilah jalan mereka, dan berpegang teguhlah dengan akhlak dan agama mereka semampu kalian, karena mereka berada pada petunjuk yang lurus [HR. Abu Nua’im dalam Al-Hilyah (1/305)]

Al-Imam Abu Amer Al-Auza’iy-rahimahullah- berkata, “Sabarkanlah dirimu di atas sunnah. Berhentilah di mana kaum itu (para sahabat) berhenti. Berucaplah dengan apa yang mereka ucapkan, tahanlah (dirimu) dari apa yang mereka menahan diri darinya, dan tempuhlah jalan salafush shalehmu (pendahulumu yang shaleh). Karena sesungguhnya apa yang engkau leluasa (melakukannya) leluasa pula bagi mereka”. [HR. Al-Lalikaa’iy dalam Syarh I’tiqod Ahlis Sunnah (no.315), Al-Ajurriy dalam Asy-Syari’ ah (1/148)]

Inilah beberapa buah petikan nasihat dari kehidupan Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan para sahabatnya yang jauh dari ketamakan terhadap kekuasaan. Mereka amat takut menerima kekuasaan; berbeda dengan orang-orang di akhir zaman ini, mereka berlomba-lomba meminta kekuasaan dengan berbagai macam dalih, seperti “Demi Islam”. Padahal semuanya demi kursi!! Islam tak butuh kepada perjuangan yang jauh dari petunjuk Islam. Fa’tabiruu ya ulil abshor.

Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 98 Tahun II. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Dewan Redaksi : Santri Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Dzikro. Untuk berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201). (infaq Rp. 200,-/exp)

http://almakassari.com/?p=329

KIAT MEMPERLAKUKAN BUAH HATI

Kiat Memperlakukan Buah Hati
posted in Permata Hati |

Penulis : Al-Ustadz Abulfaruq Ayip Syafruddin

Pahami anak sebagai individu yang berbeda. Seorang anak dengan yang lainnya memiliki karakter yang berbeda. Memiliki bakat dan minat yang berbeda pula. Karenanya, dalam menyerap ilmu dan mengamalkannya berbeda satu dengan yang lainnya.

Sering terjadi kasus, terutama pada pasangan muda, orangtua mengalami “sindroma” anak pertama. Karena didorong idealisme yang tinggi, mereka memperlakukan anak tanpa memerhatikan aspek-aspek perkembangan dan pertumbuhan anak. Misal, anak dipompa untuk bisa menulis dan membaca pada usia 2 tahun, tanpa memerhatikan tingkat kemampuan dan motorik halus (kemampuan mengoordinasikan gerakan tangan) anak.

فَاتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (At-Taghabun: 16)

Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ

“Apabila aku melarangmu dari sesuatu maka jauhi dia. Bila aku perintahkan kamu suatu perkara maka tunaikanlah semampumu.” (HR. Al-Bukhari, no. 7288)

Kata مَا اسْتَطَعْتُمْ (semampumu) menunjukkan kemampuan dan kesanggupan seseorang berbeda-beda, bertingkat-tingkat, satu dengan lainnya tidak bisa disamakan. Ini semua karena pengaruh berbagai macam latar belakang.

* Memberi tugas hendaklah sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.

لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Al-Baqarah: 286)

* Berusahalah untuk selalu menghargai niat, usaha dan kesungguhan anak. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, tapi Allah melihat kepada hati (niat) dan amal-amal kalian.” (HR. Muslim no. 2564)

Jangan mencaci maki anak karena kegagalannya. Tapi berikan ungkapan-ungkapan yang bisa memotivasi anak untuk bangkit dari kegagalannya. Misal, “Abi tidak marah kok, Ahmad belum hafal surat Yasin. Abi tahu, Ahmad sudah berusaha menghafal. Lain kali, kita coba lagi ya.”

* Tidak membentak, memaki dan merendahkan anak. Apalagi di hadapan teman-temannya atau di hadapan umum. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَعْرُوفًا

“Dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (An-Nisa`: 5)

* Tidak membuka aib (kekurangan, kejelekan) yang ada pada anak di hadapan orang lain. Dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa menutup (aib) seorang muslim, Allah akan menutup (aib) dirinya pada hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari no. 2442)

* Jika anak melakukan kesalahan, jangan hanya menunjukkan kesalahannya semata. Tapi berilah solusi dengan memberitahu perbuatan yang benar yang seharusnya dia lakukan. Tentunya, dengan cara yang hikmah. ‘Umar bin Abi Salamah radhiyallahu ‘anhu berkata:

كُنْتُ غُلَامًا فِي حِجْرِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: يَا غُلَامُ، سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ

“Saat saya masih kecil dalam asuhan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saya menggerak-gerakkan tangan di dalam nampan (yang ada makanannya). Lantas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatiku, ‘Wahai ananda, sebutlah nama Allah (yaitu bacalah Bismillah saat hendak makan). Makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari makanan yang ada di sisi dekatmu’.” (HR. Al-Bukhari no. 5376)

* Tidak memanggil atau menyeru anak dengan sebutan yang jelek. Seperti perkataan: “Dasar bodoh!” Ini berdasarkan hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ بِخَيْرٍ فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَاتَقُولُونَ

“Janganlah kalian menyeru (berdoa) atas diri kalian kecuali dengan sesuatu yang baik. Karena, sesungguhnya malaikat akan mengaminkan atas apa yang kalian ucapkan.” (HR. Muslim no. 920)

* Perbanyak ucapan-ucapan yang mengandung muatan doa pada saat di hadapan anak. Seperti ucapan:

بَارَكَ اللهُ فِيْكُمْ

“Semoga Allah memberkahi kalian.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

“Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (Al-Baqarah: 83)

Juga selalu mendoakan kebaikan bagi sang anak, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Dan orang-orang yang berkata: ‘Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa’.” (Al-Furqan: 74)

* Berusahalah untuk senantiasa berlaku hikmah dalam menghadapi masalah anak. Tidak mengedepankan emosi. Tidak mudah menjatuhkan sanksi. Telusuri setiap masalah yang ada pada anak dengan penuh hikmah, tabayyun (klarifikasi). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا

“Dan barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.” (Al-Baqarah: 269)

* Berusahalah bersikap adil terhadap anak-anak dan berbuat baik kepadanya.

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (An-Nahl: 90)

* Hindari sikap-sikap dan tindakan yang menjadikan anak mengalami trauma, blocking (mogok), malas atau enggan belajar. Sebaliknya, ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا، بَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا

“Permudah dan jangan kalian persulit. Gembirakan, dan jangan kalian membuat (mereka) lari.” (HR. Al-Bukhari no. 69)

Wallahu a’lam.

Sumber: http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=702

KEPADA SIAPA HATI BERGANTUNG

Penulis : Al Ustadz Ayub Abu Ayub

“Mbah, permisi ya!” Kata-kata ini atau yang semakna ini acap kali terdengar ketika seseorang menginjakkan kakinya di wilayah yang kelihatannya jarang dikunjungi oleh makhluk yang bernama manusia. Atau sebagai kata-kata yang sering dilontarkan ketika melewati sebuah jalan tertentu yang diyakini seandainya mereka yang lewat tidak mengucapkannya maka sangat dikhawatirkan malapetaka akan menimpanya.

Ritual penyembelihan ayam hitam juga kerap dilakukan dalam rangka menolak bala. Tempat yang sering terjadi musibah di situ mesti dicucuri darah ayam hitam ini. Tentu saja dengan keyakinan dan harapan angka kecelakaan bisa hilang atau diminimalisir. Begitu juga upacara-upacara yang mempersembahkan sesajen-sesajen lengkap dengan kepala kerbaunya kepada para “penguasa” alam ini. Mulai dari “penguasa” hutan, gunung, laut, kampung, dusun, kota, hingga kepada “penguasa” jalan. Jimat-jimat, rajah-rajah dan berbagai macam bentuk simbol keberuntungan juga banyak menghiasai rumah, toko, pabrik, kantor, tubuh, dan lain sebagainya, seraya berharap keberuntungan selalu mendampingi usaha mereka.

Tak bisa diingkari lagi bahwa fenomena ini memang terjadi di tengah-tengah kita. Bahkan dengan jumlah yang tidak sedikit. Seseorang yang paling berpendidikan sekalipun kadang tak luput dari hal-hal yang demikian. Mereka yang terdidik untuk berpikir secara rasional ternyata kerasionalan itu hilang begitu saja ketika berhadapan dengan hal yang demikian. Kenapa ini bisa terjadi?

Ini terjadi karena adanya ketergantungan dan keterkaitan hati terhadap hal-hal yang diyakini tersebut. Ketika seseorang permisi -untuk melalui suatu jalan atau mendatangi suatu tempat asing- kepada yang dianggap berkuasa di tempat itu maka sesungguhnya itu terjadi karena adanya ketergantungan dan keterkaitan hati orang tersebut dengan sesuatu tadi. Dengan adanya ketergantungan dan keterkaitan hati ini dia berkeyakinan bahwa sesuatu itu akan melindungi dia. Dia sandarkan nasibnya kepada sesuatu tersebut. Inilah yang terjadi. Lalu bagaimana Islam menghukumi terhadap hal-hal yang demikian?

Islam mengajarkan agar seseorang hanya menggantungkan dan mengaitkan hatinya kepada ALLAH semata. ALLAH-lah yang telah menciptakannya. ALLAH jua yang mengarunainya rezeki. ALLAH yang mengatur alam ini. ALLAH yang menguasai jagat raya ini. ALLAH yang berkuasa atas segala sesuatu. ALLAH yang melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. ALLAH Dzat yang Maha Mendengar. ALLAH Dzat yang Maha Melihat. ALLAH Dzat yang Maha Mengetahui. ALLAH yang mengabulkan permintaan dan permohonan hamba-Nya. ALLAH yang memberi manfa’at dan madhorot. ALLAH dengan segala kesempurnaan dzat dan sifat-sifat-Nya. Sungguh amat pantas dan memang sudah semestinyalah bagi seseorang untuk menggantungkan dan mengaitkan hatinya hanya kepada ALLAH semata, Dzat yang Maha Sempurna.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ

“Barang siapa yang bergantung kepada sesuatu maka dia serahkan kepadanya” (HR. Tirmidzi dihasankan oleh Asy Syaikh Al Albany rahimahullah)

Yaitu barang siapa yang bergantung kepada sesuatu dan menjadikannya sebagai tujuan, sehingga dia menggantungkan harapan kepadanya dan menjadikannya sebagai penghilang rasa takutnya, maka dia akan menyerahkan dirinya kepada sesuatu tersebut dan akan bersandar kepadanya. Begitu pula, apabila seseorang hanya bergantung kepada ALLAH, maka dia akan menjadikan ALLAH sebagai tujuannya, dia gantungkan harapannya kepada-Nya, dan ALLAH-lah yang menghilangkan rasa takut yang ada pada dirinya. Dia serahkan dan sandarkan dirinya, hanya kepada ALLAH Ta’ala.

Sebaliknya, apabila dia bergantung kepada sesuatu selain ALLAH, maka dia akan berserah diri dan menyandarkan dirinya kepada sesuatu tersebut. Dan ini adalah salah satu bentuk kesyirikan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ

“Barang siapa yang menggantungkan jimat maka dia telah berbuat syirik” (HR. Imam Ahmad)

Seseorang yang menggantungkan jimat dalam rangka mengangkat malapetaka atau melindungi diri dari musibah berarti dia telah menggantungkan hatinya kepada jimat tersebut. Berarti pula dia telah menyandarkan dirinya dan hatinya kepada jimat tersebut. Dia berkeyakinan bahwa jimat itu bisa melindungi dia dari mara bahaya. Padahal tidak ada yang bisa melindungi dia dari mara bahaya kecuali ALLAH Ta’ala. Karena itu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menghukumi bahwa orang yang demikian telah berbuat syirik. Kenapa? Karena hatinya sudah bergantung dan bersandar kepada selain ALLAH, dan ini sangat bahaya.

Bahaya? Ya, karena syirik adalah dosa besar yang tidak terampuni. Selain itu, orang yang menyandarkan hatinya tidak kepada ALLAH, maka hatinya akan menjadi lemah. Coba orang yang seperti ini dijauhkan dari jimatnya. Atau larang dia untuk mengucapkan kata “permisi” kepada “penunggu” kawasan. Atau cegah dia dari penyembelihan ayam hitam. Atau larang dia untuk mempersembahkan sesajen. Apa yang akan terjadi? Hatinya akan gelisah, resah, takut bahwa mara bahaya akan menimpanya. Khawatir keberuntungan tidak akan menyapanya. Cemas, harapannya tidak bisa terwujud. Apakah hati yang seperti ini bisa dikatakan sebagai hati yang kuat? Atau sebagai hati yang sehat? Bahkan sebaliknya, yang seperti ini adalah hati yang lemah dan sakit.

Hati yang sehat dan kuat adalah hati yang bertawakal hanya kepada ALLAH.

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

(Artinya: “Barang siapa yang bertawakkal hanya kepada ALLAH, maka ALLAH cukup baginya” ) (Ath Tholaq: 3)

Hati yang sehat dan kuat adalah hati yang bersandar hanya kepada ALLAH.

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

(Artinya:”Cukup bagi kami Allah dan sebaik-baik tempat penyerahan diri“) (Ali Imran:173)

Hati yang sehat dan kuat adalah hati yang meminta pertolongan hanya kepada ALLAH.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

(Artinya: “Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan” ) (Al Fatihah: 5)

Hati yang sehat dan kuat adalah hati yang berlindung hanya kepada ALLAH.

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

(Artinya:“Katakanlah (-wahai Muhammad-): “Aku berlindung kepada Rabbnya Manusia”) (An-Naas: 1)

Hati yang sehat dan kuat adalah hati yang takut hanya kepada ALLAH.

فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

(Artinya: “Maka janganlah kalian takut kepada mereka dan takutlah hanya kepada-Ku, jika kalian orang-orang yang beriman.“) (Ali Imran:175)

Hati yang sehat dan kuat adalah hati yang bergantung hanya kepada ALLAH saja.

Ketahuilah, ketergantungan hati kepada selain Allah Ta’ala ada beberapa macam:

1. Ketergantungan hati yang menyebabkan sirnanya nilai tauhid secara keseluruhan, yaitu dia bergantung kepada sesuatu yang sebenarnya tidak mempunyai pengaruh sama sekali, dan bersandar kepadanya, yang menyebabkan dia berpaling dari ALLAH Ta’ala. Seperti; ketergantungan para penyembah kuburan terhadap para penghuninya -untuk melepaskannya dari musibah-musibah yang menimpanya-. Oleh karena itu, jika mereka menemui mara bahaya yang dahsyat, mereka akan mengatakan, “Wahai fulan, selamatkanlah kami!” Yang demikian ini -tidak diragukan lagi adalah kesyirikan yang besar, yang mengeluarkan seseorang dari Islam.

2. Ketergantungan hati yang melenyapkan kesempurnaan tauhid. Yaitu, ketika seseorang bersandar kepada sebab-sebab yang dibolehkan oleh syari’at ini, akan tetapi dia lalai terhadap yang menciptakan sebab-sebab tersebut, yaitu ALLAH ‘Azza wa Jalla, dan dia tidak memalingkan hatinya kepada-Nya. Dan ini adalah salah satu bentuk kesyirikan. Tetapi tidak dikatakan syirik besar, karena sebab-sebab ini memang telah ALLAH jadikan sebagai sebab.

3. Dia bergantung dengan sebab semata-semata hanya karena itu sebagai sebab saja. Sementara penyandaran asalnya masih hanya kepada ALLAH Ta’ala. Maka dia berkeyakinan bahwa sebab ini adalah dari ALLAH Ta’ala, dan bahwasanya ALLAH -kalau Dia menghendaki akan menghilangkan pengaruhnya atau membiarkannya-. Dan dia berkeyakinan, bahwasanya sebab tersebut tidak akan memiliki pengaruh kecuali dengan kehendak ALLAH Ta’ala. Yang demikian itu tidaklah mengurangi sama sekali kesempurnaan tauhidnya.

Lihatlah akhir dari keadaan seseorang yang menggantungkan hatinya kepada selain ALLAH. Akhir yang menakutkan dan mengerikan. Akhir yang penuh dengan risiko dan mara bahaya. Siapakah kiranya -orang berakal- yang menginginkan hatinya menjadi lemah. Siapa juga yang sudi hatinya menjadi sakit. Bahkan akhirnya terjatuh ke dalam jurang kesyirikan yang sangat berbahaya.

Jika seseorang terjatuh ke dalamnya, hanya dengan rahmat ALLAH serta taufiq-Nya sajalah dia biasa bangkit dan selamat dari jurang tersebut. Tanpa itu, mustahil seseorang akan selamat.

Sudah saatnya bagi kita untuk bercermin, kemudian berkata;

Kepada siapa selama ini hati ini aku gantungkan? Kepada siapa selama ini hati ini aku sandarkan? Kepada siapa selama ini jiwa ini aku serahkan? Kepada-Mu kah ya ALLAH, atau kepada jimat-jimat yang tergantung indah? Atau kepada para “penguasa” alam tersebut yang katanya bisa melindungi? Atau kepada secuil pekerjaan yang menjanjikan? Atau kepada mereka yang katanya akan menjamin kebahagiaan hidupku? Atau, kepada siapakah?

Ya ALLAH, jadikanlah kami orang-orang yang hanya bertawakal kepada-Mu.

Ya ALLAH, jadikanlah kami orang-orang yang selalu bersandar kepada-Mu.

Ya ALLAH, jadikanlah kami orang-orang yang berserah diri kepada-Mu.

Ya ALLAH, jadikanlah kami orang-orang yang menggantungkan hatinya hanya kepada-Mu.

Buletin Jum’at Risalah Tauhid -Depok- edisi 83

Sumber: http://www.mimbarislami.or.id/?module=artikel&action=detail&arid=118

HAKEKAT KEHIDUPAN RUMAH TANGGA YANG SAKINAH

Pembaca yang budiman, telah disebutkan tadi bahwasanya setiap pribadi, terkhusus mereka yang telah berumah tangga, pasti dan sangat berkeinginan untuk merasakan kehidupan yang sakinah, sehingga kita menyaksikan berbagai macam cara dan usaha serta berbagai jenis metode ditempuh, yang mana semuanya itu dibangun diatas presepsi yang berbeda dalam mencapai tujuan kehidupan yang sakinah tadi. Maka nampak di pandangan kita sebagian orang ada yang berusaha mencari dan menumpuk harta kekayaan sebanyak-banyaknya, karena mereka menganggap bahwa dengan harta itulah akan diraih kehidupan yang sakinah. Ada pula yang senantiasa berupaya untuk menyehatkan dan memperindah tubuhnya, karena memang di benak mereka kehidupan yang sakinah itu terletak pada kesehatan fisik dan keindahan bentuk tubuh. Disana ada juga yang berpandangan bahwa kehidupan yang sakinah bisa diperoleh semata-mata pada makanan yang lezat dan beraneka ragam, tempat tinggal yang luas dan megah, serta pasangan hidup yang rupawan, sehingga mereka berupaya dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan itu semua. Akan tetapi, pembaca yang budiman, perlu kita ketahui dan pahami terlebih dahulu apa sebenarnya hakekat kehidupan yang sakinah dalam sebuah kehidupan rumah tangga.

Sesungguhnya hakekat kehidupan yang sakinah adalah suatu kehidupan yang dilandasi mawaddah warohmah (cinta dan kasih sayang) dari Allah subhanahu wata’ala Pencipta alam semesta ini. Yakni sebuah kehidupan yang dirihdoi Allah, yang mana para pelakunya/orang yang menjalani kehidupan tersebut senantiasa berusaha dan mencari keridhoan Allah dan rasulNya, dengan cara melakukan setiap apa yang diperintahkan dan meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah dan rasulNya.

Maka kesimpulannya, bahwa hakekat sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah adalah terletak pada realisasi/penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan berumah tangga yang bertujuan mencari ridho Allah subhanahu wata’ala. Karena memang hakekat ketenangan jiwa (sakinah) itu adalah ketenangan yang terbimbing dengan agama dan datang dari sisi Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman Allah (artinya):

“Dia-lah yang telah menurunkan sakinah (ketenangan) ke dalam hati orang-orang yang beriman agar keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).” (Al Fath: 4)

BIMBINGAN RASULULLAH DALAM KEHiDUPAN BERUMAH TANGGA

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selaku uswatun hasanah (suri tauladan yang baik) yang patut dicontoh telah membimbing umatnya dalam hidup berumah tangga agar tercapai sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Bimbingan tersebut baik secara lisan melalui sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam maupun secara amaliah, yakni dengan perbuatan/contoh yang beliau shalallahu ‘alaihi wasallam lakukan. Diantaranya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menghasung seorang suami dan isteri untuk saling ta’awun (tolong menolong, bahu membahu, bantu membantu) dan bekerja sama dalam bentuk saling menasehati dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan ketakwaan, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:

اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ

“Nasehatilah isteri-isteri kalian dengan cara yang baik, karena sesungguhnya para wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya (paling atas), maka jika kalian (para suami) keras dalam meluruskannya (membimbingnya), pasti kalian akan mematahkannya. Dan jika kalian membiarkannya (yakni tidak membimbingnya), maka tetap akan bengkok. Nasehatilah isteri-isteri (para wanita) dengan cara yang baik.” (Muttafaqun ‘alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

Dalam hadits tersebut, kita melihat bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membimbing para suami untuk senantiasa mendidik dan menasehati isteri-isteri mereka dengan cara yang baik, lembut dan terus-menerus atau berkesinambungan dalam menasehatinya. Hal ini ditunjukkan dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:

وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ

yakni “jika kalian para suami tidak menasehati mereka (para isteri), maka mereka tetap dalam keadaan bengkok,” artinya tetap dalam keadaan salah dan keliru. Karena memang wanita itu lemah dan kurang akal dan agamanya, serta mempunyai sifat kebengkokan karena diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok sebagaimana disebutkan dalam hadits tadi, sehingga senantiasa butuh terhadap nasehat.

Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga bahkan ini dianjurkan bagi seorang isteri untuk memberikan nasehat kepada suaminya dengan cara yang baik pula, karena nasehat sangat dibutuhkan bagi siapa saja. Dan bagi siapa saja yang mampu hendaklah dilakukan. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):

“Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al ‘Ashr: 3)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ

“Agama itu nasehat.” (HR. Muslim no. 55)

Maka sebuah rumah tangga akan tetap kokoh dan akan meraih suatu kehidupan yang sakinah, insya Allah, dengan adanya sikap saling menasehati dalam kebaikan dan ketakwaan.

DIANTARA TIPS/CARA MERAIH KEHIDUPAN YANG SAKINAH

1. Berdzikir

Ketahuilah, dengan berdzikir dan memperbanyak dzikir kepada Allah, maka seseorang akan memperoleh ketenangan dalam hidup (sakinah). Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):

“Ketahuilah, dengan berdzikir kepada Allah, (maka) hati (jiwa) akan (menjadi) tenang.” (Ar Ra’d: 28)

Baik dzikir dengan makna khusus, yaitu dengan melafazhkan dzikir-dzikir tertentu yang telah disyariatkan, misal:

أَسْتَغْفِرُالله ,

dan lain-lain, maupun dzikir dengan makna umum, yaitu mengingat, sehingga mencakup/meliputi segala jenis ibadah atau kekuatan yang dilakukan seorang hamba dalam rangka mengingat Allah subhanahu wata’ala, seperti sholat, shoum (puasa), shodaqoh, dan lain-lain.

2. Menuntut ilmu agama

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ

“Tidaklah berkumpul suatu kaum/kelompok disalah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), (yang mana) mereka membaca Al Qur`an dan mengkajinya diantara mereka, kecuali akan turun (dari sisi Allah subhanahu wata’ala) kepada mereka as sakinah (ketenangan).” (Muttafaqun ‘alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

Dalam hadits diatas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kabar gembira bagi mereka yang mempelajari Al Qur`an (ilmu agama), baik dengan mempelajari cara membaca maupun dengan membaca sekaligus mengaji makna serta tafsirnya, yaitu bahwasanya Allah akan menurunkan as sakinah (ketenangan jiwa) pada mereka.

Pembaca yang budiman, demikianlah diantara beberapa hal yang bisa dijadikan tips untuk meraih dan membina rumah tangga yang sakinah. Wallahu a’lam. Semoga kajian ringkas ini dapat kita terapkan dalam hidup berkeluarga sehingga Allah menjadikan keluarga kita keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Amiin, Ya Rabbal alamiin.

Sumber: http://www.assalafy.org/artikel.php?kategori=akhlaq=8